Rilis Pers INADIS: Capaian 2021 dan Harapan Diplomasi Indonesia Tahun 2021

Gambar: Clay Banks

Tahun ini merupakan tahun yang penuh tantangan bagi pelaksanaan diplomasi Indonesia. Pemulihan pasca-pandemi masih menjadi tema utama dalam politik luar negeri tahun ini. Akan tetapi, Indonesia akan menghadapi tantangan global, regional, dan nasional yang lebih besar untuk keberhasilan diplomasi Indonesia. Pada tahun 2022, tema utama diplomasi Indonesia adalah presidensi G20 di tingkat global, sikap Indonesia menyelesaikan permasalahan regional, dan diplomasi vaksin untuk negara-negara selatan.

Pada presidensi di forun G20, Indonesia mengusung tema ‘Pulih Bersama, Bangkit Perkasa’. Indonesia juga sudah merumuskan agenda-agenda prioritas, seperti pemulihan ekonomi dan kesehatan di masa pandemi dan agenda perubahan iklim. INADIS merasa bahwa Indonesia seharusnya bisa memainkan peran yang lebih besar untuk mengatasi isu-isu keamanan global. Indonesia akan dianggap sebagai pemimpin yang berhasil apabila mampu untuk mengatasi tensi geopolitik yang menjadi ciri khas perpolitikan dunia saat ini. Apabila tidak mampu mengatasi tensi geopolitik melalui G20, Indonesia dapat mengusung agenda-agenda keamanan strategis yang membutuhkan kolaborasi global serta kerja sama negara maju dan negara berkembang. Salah satu agendanya adalah isu pertahanan dan keamanan siber. Isu ini menjadi titik penting dalam agenda digitalisasi yang berkembang pesat akibat Covid-19.

Melalui posisinya sebagai pemimpin salah satu forum multilateral terbesar, Indonesia juga harus mendengar suara-suara dari masyarakat global. Forum G20 sering dipandang hanya sebagai forum diplomatik yang menyelenggarakan acara-acara yang eksklusif. Indonesia perlu berkontribusi untuk mengubah G20 menjadi forum yang inklusif. Para diplomat dan eksekutif anggota G20 perlu mendengar suara-suara dari kelompok masyarakat sipil, pemimpin keagamaan, maupun organisasi non-pemerintah lainnya sehingga G20 memiliki dampak yang nyata bagi masyarakat dunia.

Pada level regional, Indonesia melalui ASEAN juga harus memberikan kontribusi lebih terhadap berbagai permasalahan regional yang belum terselesaikan. Pada isu Myanmar, Indonesia harus mengawal implementasi Konsensus Lima Poin sekaligus memastikan terhentinya kekerasan kolektif terhadap rakyat Myanmar. Kekerasan kolektif yang terus terjadi akan mengakibatkan permasalahan regional yang lebih besar, seperti migrasi ke negara-negara tetangga dan instabilitas keamanan regional.

Pada isu Laut Cina Selatan, Indonesia harus mengawal upaya-upaya untuk merealisasikan kesepakatan Code of Conduct antara Tiongkok dengan ASEAN. Indonesia sebagai primus inter pares harus memastikan netralitas ASEAN yang mampu menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Kepemimpinan informal Indonesia menjadi penggerak penting bagi ASEAN mengingat Kamboja, Ketua ASEAN tahun depan, memiliki kedekatan dengan Tiongkok yang mampu mengaburkan kepentingan kolektif ASEAN di masa depan.

Indonesia juga harus memperjuangkan keadilan vaksin bagi negara-negara Asia Tenggara. Hingga akhir tahun 2021, hanya Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Vietnam yang memiliki tingkat vaksinasi dosis penuh yang tinggi. Padahal, Asia Tenggara membutuhkan tingkat vaksinasi dosis penuh yang tinggi untuk memulai transisi kehidupan endemi Covid-19, apalagi dengan hadirnya varian Omicron sebagai ancaman baru. Oleh karena itu, Indonesia perlu untuk memperjuangkan jatah vaksin bagi negara-negara Asia Tenggara secara kolektif untuk memperkuat ketahanan pandemi di kawasan.

Di tingkat nasional, Indonesia perlu untuk memperkuat diplomasi vaksin untuk memperkuat tingkat vaksinasi di dalam negeri. Vaksinasi produk negara lain masih dibutuhkan untuk melaksanakan program vaksinasi khusus anak dan vaksinasi penguat (booster) berbayar bagi masyarakat umum. Vaksin merupakan salah satu cara paling penting untuk melindungi masyarakat dari infeksi Covid-19 sekaligus mewujudkan kekebalan komunal.

Sebagai penutup, INADIS berharap Indonesia mampu lebih melaksanakan diplomasi-diplomasi yang berdampak bagi masyarakat global, regional, dan Asia Tenggara. Sebagai negara kelas menengah (middle power) yang sedang bertumbuh, Indonesia seharusnya dapat lebih aktif menjembatani kepentingan negara berkembang dan negara maju, misal melalui G20 atau ASEAN. Bagi masyarakat global, Indonesia harus mampu untuk mewujudkan perkembangan-perkembangan nyata dalam bidang ekonomi, kesehatan, perubahan iklim, serta sektor keamanan. Di Asia Tenggara, Indonesia juga harus berkontribusi untuk penyelesaian masalah regional seperti isu Myanmar, Laut Cina Selatan, serta keadilan vaksin. Terakhir, Indonesia juga perlu memperkuat diplomasi vaksin untuk memenuhi kebutuhan vaksin di tingkat nasional. Jika memenuhi tantangan dan harapan tersebut, maka INADIS merasa diplomasi Indonesia pada tahun 2022 bisa dikatakan berhasil melanjutkan apa yang telah dicapai Indonesia di tahun 2021.