Indonesian Scientists in America Express Concerns and Speak Out on Indonesia's Political Dynasty Threat

PRESS RELEASE

New York, November 3, 2023— A group of Indonesian scientists based in the United States has issued a statement expressing their deep concern about the current political developments in Indonesia.

This statement, delivered in various cities across the United States, highlights perceived shortcomings in the democratization process leading up to the upcoming general elections and presidential contest.

Recent political developments contradict 25 years of upheld democratic principles. Elites consolidate power without concrete plans for the people’s needs. Emphasis on leadership contests, family ties, and legacies overshadows transparent processes and measurable achievements.

Goenawan Mohamad, a senior Indonesian writer and Harvard University Nieman Fellow, commented that President Joko Widodo’s dynastic politics, by making his son a vice presidential candidate was a form of betrayal of Indonesian democracy.

Controversies surrounding the nomination of the president’s another son as a candidate for vice president raise concerns about the role and professionalism of the Constitutional Court. UGM law expert, Zainal Mokhtar, warns that disrupting democracy can jeopardize the law enforcement and he questions the court’s authority to override basic democratic principles. This situation, particularly related to the 2024 elections is deeply concerning, he says.

Hence, we are Indonesian scientists in America want to commend the leaders who defend democracy. We hope more leaders will join in supporting the fundamental values of democracy and the rules that keep our country moving forward.

Suzie Sudarman, Yohanes Mean Duli, Walter Balansa, Hasnul Djohar, Elni Usoh, and Rini Hasanah, among others, are at the fore front of this call for a new commitment to the sustainability of democratic development. They emphasize the importance of maintaining the spirit of Reformasi, steering clear of practices that prolong dynastic power structures. Yohanes Mean Duli quoted again the statement of the Nobel laureate in economics, Amartya Sen, who said that “only democracy can lead to a more prosperous country.”

The statement concludes by affirming that Indonesia’s political landscape should be characterized by a commitment to the Republic, prioritizing the well-being and representation of the people above all else.

—Bahasa Indonesia—

Ilmuwan Indonesia di Amerika Prihatin dan Angkat Suara tentang Ancaman Politik Dinasti di Indonesia

New York, 3 November 2023— Sekelompok ilmuwan Indonesia yang berbasis di Amerika Serikat telah mengeluarkan pernyataan yang menyuarakan keprihatinan mendalam mereka atas perkembangan politik terkini di Indonesia.

Pernyataan ini, disampaikan di berbagai kota di Amerika Serikat, menyoroti kekurangan yang dirasakan dalam proses demokratisasi menjelang pemilihan umum dan kontestasi presiden mendatang.

Perkembangan politik terkini bertentangan dengan 25 tahun prinsip demokrasi yang telah dipegang teguh. Para elit mengkonsolidasikan kekuasaan tanpa rencana konkret untuk kebutuhan rakyat. Fokus mereka adalah pada kontes kepemimpinan, hubungan keluarga, dan warisan, mengaburkan proses transparansi dan pencapaian terukur.

Goenawan Mohammad, sastrawan senior Indonesia dan Nieman Fellows Harvard University, memberikan komentar bahwa politik dinasti Presiden Joko Widodo, dengan menjadikan putranya menjadi calon wakil presiden adalah bentuk pengkianatan terhadap demokrasi Indonesia.

Kontroversi seputar pencalonan putra presiden lainnya sebagai calon wakil presiden menimbulkan kekhawatiran terhadap peran dan profesionalitas Mahkamah Konstitusi. Pakar hukum UGM, Zainal Mokhtar, memperingatkan bahwa mengganggu demokrasi dapat membahayakan penegakan hukum. Ia juga mempertanyakan kewenangan pengadilan untuk mengesampingkan prinsip-prinsip dasar demokrasi. Situasi ini, terutama terkait Pemilu 2024, sangat mengkhawatirkan katanya.

Jadi kami ilmuwan Indonesia di Amerika ingin memberikan penghargaan kepada para pemimpin, akademisi, politisi, dan jurnalis yang membela demokrasi. Kami berharap lebih banyak putra-putri Indonesia akan bergabung dalam mendukung nilai-nilai dasar demokrasi dan aturan-aturan yang menjaga negara kita tetap maju.

Suzie Sudarman, Yohanes Mean Duli, Walter Balansa, Hasnul Djohar, Elni Usoh, dan Rini Hasanah di antara yang lain, berada di garis depan panggilan ini untuk komitmen baru terhadap keberlanjutan pembangunan demokrasi. Mereka menekankan pentingnya mempertahankan semangat Reformasi, menjauhi praktik-praktik yang memperpanjang struktur kekuasaan dinastis. Yohanes Mean Duli mengutip kembali pernyataan peraih nobel bidang ekonomi-Amartya Sen, yang mengatakan bahwa hanya demokrasi yang mengantarkan sebuah negara menjadi lebih sejahtera.

Pernyataan ini diakhiri dengan menegaskan bahwa lanskap politik Indonesia seharusnya ditandai dengan komitmen terhadap Republik, memprioritaskan kesejahteraan dan representasi rakyat di atas segalanya.