Indonesia Economic Challenges 2024 | Wednesday, March 20, 2024 | Ruang Seminar, lt. 3, Gedung AB, Universitas Kristen Indonesia.

Sambutan pertama dari Wakil Dekan Ibu Helen Diana Vida, dalam sambutannya ibu Helen menjelaskan bahwa acara ini ingin membicarakan bagaimana Indonesia dari sudut pandang ekonomi, bagaimana pemetaan dan bagaimana tantangannya bersama para nara sumber.

Sambutan Kedua dari Ketua Pelaksana yaitu Bonefasius Fransisco Da Santos Dheo, dalam sambutannya Bonefasius membicarakan tujuan acara ini bertujuan untuk memahami secara mendalam hambatan dan tantangan dalam menghadapi pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun 2024 serta memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pemaparan pertama disampaikan oleh Bapak Yokie dengan judul “Tantangan dan Peluang Industri Pertahanan Indonesia bagi Perekonomian Dalam Negeri”. Pak Yokie menjelaskan bahwa industri pertahanan Indonesia memiliki tantangan dan peluang yang signifikan bagi perekonomian negara.

Kemudian, Pak Yokie menjelaskan tentang tantangan yang dihadapi oleh industri pertahanan Indonesia, seperti kekurangan sumber daya manusia, kekurangan teknologi, dan kekurangan infrastruktur.

Lalu, Pak Yokie menjelaskan tentang peluang yang tersedia bagi industri pertahanan Indonesia, seperti kemungkinan peningkatan produktivitas, kemungkinan pengembangan teknologi, dan kemungkinan peningkatan ekspansi ke pasar internasional.

Pak Yokie menjelaskan tentang peran penting dari industri pertahanan Indonesia dalam menjamin keamanan dan ketahanan negara, serta menjadi sektor yang berpotensi untuk mendorong perekonomian negara.

Kemudian, Pak Yokie menjelaskan tentang strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan dan mengambil peluang industri pertahanan Indonesia, seperti peningkatan investasi, peningkatan kemahiran, dan peningkatan infrastruktur.

Lalu, Pak Yokie menjelaskan tentang peran penting dari pemerintah, industri, dan masyarakat dalam mengembangkan industri pertahanan Indonesia, serta mengambil peluang bagi perekonomian negara.

Pak Yokie menjelaskan tentang dampak positif yang dapat diharapkan dari peningkatan industri pertahanan Indonesia, seperti peningkatan perekonomian, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan ketahanan negara.

Kemudian, Pak Yokie menjelaskan tentang bagian dari industri pertahanan Indonesia yang memiliki potensi tinggi, seperti industri pengembangan senjata api, industri pengembangan peralatan pertahanan, dan industri pengembangan jasa pertahanan.

Lalu, Pak Yokie menjelaskan tentang strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan industri pertahanan Indonesia, seperti peningkatan kemahiran tenaga kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan infrastruktur.

Pak Yokie menjelaskan tentang peran penting dari pemerintah, industri, dan masyarakat dalam mengembangkan industri pertahanan Indonesia, serta mengambil peluang bagi perekonomian negara

Pemaparan kedua disampaikan oleh Bapak Rizky Wisnu Praditya. Bapak Rizky menekankan pentingnya perhatian pemerintah terhadap masalah ekonomi, termasuk upaya-upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan mengatasi kesenjangan ekonomi.

Kemudian, Bapak Rizky juga membahas pentingnya pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat guna untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

Selain itu, Bapak Rizky menyoroti pentingnya kebijakan investasi yang tepat dan pembangunan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Bapak Rizky juga membahas strategi untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri dan mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi besar.

Selanjutnya pemaparan yang ketiga disampaikan oleh Bapak Andaru Satnyoto. Pertama, Bapak Andaru membicarakan kasus seorang insinyur Indonesia yang bekerja dalam proyek KF-21 di Korea Selatan. Tiga hari yang lalu, Bapak Andaru membaca berita bahwa insinyur tersebut telah dicekal oleh Badan Intelijen Korea Selatan karena diduga mencuri data dari pesawat tempur KF-21 yang sedang dikembangkan bersama oleh Korea Selatan dan Indonesia. Bapak Andaru menyoroti kebingungan Indonesia yang telah membayar namun tidak mendapatkan akses pada data tersebut, serta keputusan untuk menahan insinyur tersebut agar tidak dapat kembali ke Indonesia.

Kedua, Bapak Andaru mengomentari konflik Ukraina-Rusia dan menyoroti pentingnya kemandirian dalam industri pertahanan. Bapak Andaru menekankan bahwa negara tidak boleh tergantung pada negara lain dalam hal pertahanan.

Yang ketiga, Bapak Andaru membicarakan permasalahan dalam pengembangan sumber daya manusia, khususnya pendidikan, yang cenderung lebih menekankan aspek moral seperti agama daripada sains. Bapak Andaru menyarankan untuk memperkuat basis pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah, dengan penekanan pada kebebasan berpikir.

Selanjutnya, Bapak Andaru memasuki topik utama seminar, yakni tantangan ekonomi. Secara teoritis, Bapak Andaru menjelaskan bahwa kestabilan ekonomi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja, dan pendapatan atau daya beli.

Di dalam negeri, kestabilan politik di Indonesia pasca-pemilu dianggap tidak menjadi masalah, dengan transisi politik yang diharapkan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Namun, Bapak Andaru menyoroti dua tantangan utama: pertama, masalah efisiensi pemerintah terkait dengan korupsi yang masih merajalela; dan kedua, tantangan terkait dengan daya saing ekonomi, yang mencakup pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan penciptaan lapangan kerja.

Bapak Andaru menekankan bahwa saat ini terjadi peningkatan tenaga kerja namun lapangan kerja masih sulit diakses, terutama setelah dampak pandemi yang menyebabkan ekonomi mengalami penurunan sebesar 2%. Bapak Andaru juga menggarisbawahi pentingnya eksplorasi dalam sektor ekonomi komoditas, seperti kelapa sawit dan nikel, serta meningkatnya popularitas ekonomi hijau dalam pemasaran global. Bapak Andaru menekankan pentingnya riset, inovasi, dan kemampuan dalam memecahkan masalah sebagai kunci untuk menghadapi tantangan ekonomi tersebut.

Selanjutnya,    Bapak  Darynaufal      Mulyaman       pemaparan            keempat          dengan judul "ALERTA Middle Power ALERTA Middle Class." Kata "ALERTA" dalam bahasa Italia berarti perhatian atau awas, yang mengisyaratkan pentingnya kehati-hatian karena dapat berbalik menjadi ancaman bagi negara.

Bapak Dary mengutip Bappenas yang menyatakan bahwa Indonesia telah masuk ke kategori middle class country, dan Bappenas bertujuan agar pada tahun 2024 pertumbuhan ekonominya mencapai 6% untuk keluar dari kategori tersebut dan menjadi negara super power. Bapak Dary juga menyajikan data dari World Bank yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pernah mencapai hampir 10% pada tahun 1978, namun mengalami penurunan drastis pada awal tahun 2000 karena krisis, dan proyeksi pertumbuhannya turun menjadi 5,5% pada tahun 2020 akibat pandemi COVID-19.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6%, perubahan yang harus dilakukan terutama berkaitan dengan masyarakat kelas menengah. Bapak Dary menjelaskan bahwa kelas menengah terdiri dari mereka yang tidak termasuk dalam kategori miskin yang mendapatkan bantuan sosial dan mereka yang kaya dengan kelebihan uang. Menurut Bappenas, ada sekitar 52 juta orang dalam kelas menengah di Indonesia.

Bapak Dary mengungkapkan bahwa dari data yang ada, sekitar 450 miliar pinjaman online digunakan untuk membayar kuliah, yang kebanyakan berasal dari kalangan kelas menengah. Bapak Dary juga menyoroti paradoks bahwa Indonesia ingin maju menjadi negara super power tetapi sebagian besar kelas menengah masih berjuang dengan hutang kuliah, sehingga menyulitkan pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya, Bapak Dary membahas kondisi masyarakat kelas menengah, terutama para lulusan baru, yang di beberapa provinsi mengalami penurunan sisa gaji. Contohnya, di Gorontalo, mereka hanya bisa menabung sebesar 300 perak. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Indonesia tidak dapat keluar dari jebakan kelas menengah jika populasi kelas menengahnya tidak dapat meningkatkan kondisinya.

Bapak Dary kemudian menceritakan bagaimana Korea berhasil keluar dari perangkap kelas menengah dengan meningkatkan statusnya menjadi negara yang lebih maju secara ekonomi. Korea melakukan empat langkah utama, yaitu pemerintahan yang fleksibel dan efisien, kebijakan yang mandiri dan tidak dipengaruhi oleh negara lain, sumber daya manusia berkualitas tinggi, dan fokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di akhir pemaparannya, Bapak Dary menyimpulkan bahwa Indonesia harus mencari cara agar kelas menengahnya dapat menjadi lebih makmur dan juga harus mencegah terjebak dalam kondisi stagnasi kelas menengah.

Bapak Gaston membuka sesi pertanyaan, ada 3 pertanyaan yang diajukan

Pertanyaan pertama oleh Bang Jonathan “Apakah para Nara Sumber yakin bahwa IKN itu bisa menjadi sebuah harapan untuk pertumbuhan ekonomi baru khususnya untuk Indonesia berubah menjadi lebih baik lagi?”

Pertanyaan pertama di jawab oleh Pak Dary, Pak Dary meragukan bahwa IKN bisa menjadi harapan untuk pertumbuhan ekonomi. Pak Dary menggunakan contoh Korea yang mengalami masalah serupa dengan pemindahan ibu kota dari Seoul ke Sejong, namun Sejong tidak berkembang dan tetap sepi. Meskipun infrastruktur Korea lebih maju daripada Indonesia, Sejong tetap tidak menarik bagi wisatawan karena mayoritas berkunjung ke Seoul, Jeju, atau Busan. Demikianlah contoh nyata yang mungkin tidak sepenuhnya berlaku, namun perubahan yang signifikan memerlukan waktu dan proses yang bertahap.

Lalu, Pertanyaan kedua oleh mahasiswi PMM prodi Ilmu Politik ”Kira-kira kebijakan apa yang bisa diatasi dan yang bisa ditawarkan sehingga untuk masyarakat-masyarakat kecil bisa memberikan dampak yang baik bagi ekonomi Indonesia?”

Pertanyaan kedua di jawab oleh Pak Andaru, Pak Andaru menjelaskan bahwa permasalahan terletak pada kurangnya solusi, dengan hanya kurang dari 5% penduduk Indonesia yang terlibat dalam wirausaha, sementara 65% bisnis saat ini adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menyerap 80% tenaga kerja. Hal ini menunjukkan kelemahan dalam industri, terutama manufaktur, yang memerlukan kebijakan yang kuat. Solusinya adalah untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan mendorong pertumbuhan manufaktur yang mendukung pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA), salah satunya melalui hilirisasi yang harus dilakukan secara menyeluruh dan tidak dikuasai oleh kelompok tertentu. Pemerintahan yang bersih dianggap kunci oleh Pak Andaru karena efisiensi pemerintahan menjadi hal yang sangat penting.

Dan terakhir, Pertanyaan Ketiga ”Apakah hilirisasi berdampak terhadap nilai tambah ekonomi negara atau akan berdampak buruk? Jika berdampak baik, siapa yang diuntungkan? Apakah negara kita atau negara luar?”

Pertanyaan ketiga di jawab oleh Pak Dary, Pak Dary menyampaikan kita dapat melihat kualitas hilirisasi dari dampaknya secara ekonomi, seperti pertumbuhan di Maluku Utara. Misalnya, dalam industri nikel, banyak mobil yang tidak membutuhkan nikel. Indonesia tidak memiliki tambang yudium. Hilirisasi adalah program yang baik untuk menghindari hanya mengekspor bahan mentah, tetapi kita juga perlu memperhatikan prosesnya. Kadang-kadang, kita bertanya, 'Mengapa seperti ini?' Ini adalah hal yang perlu diamati dan diawasi bersama karena kita memilih untuk melanjutkan hilirisasi, artinya kita juga harus memilih untuk mengawasi prosesnya agar tidak mengalami kerugian. Sebagai contoh, dalam debat tentang minyak makan merah, yang disebut sebagai bagian dari hilirisasi kelapa sawit. Namun, minyak makan merah tidak umum digunakan untuk memasak karena warnanya membuat makanan menjadi merah, dan penelitian pertanian dari UGM menunjukkan bahwa menggoreng dengan minyak tersebut dapat meningkatkan risiko kanker dibandingkan dengan minyak biasa yang lebih mahal. Oleh karena itu, sebaiknya minyak makan merah digunakan sebagai bahan pelapis saja dan bukan untuk menggoreng. Ini menunjukkan pentingnya pengawasan dalam hilirisasi untuk memastikan keberlanjutan ekonomi.

INADIS FoundationComment